Usai puluhan tahun bekerja banting tulang mencari uang, seseorang
yang memasuki masa pensiun tentu ingin menikmati hidupnya dengan tenang.
Selain selalu menjaga hubungan baik dengan anak dan cucu, ketenangan
hati juga bisa dirasakan jika tak ada kendala dalam pemenuhan kebutuhan
finansial. Maklum, sumber keuangan sudah mampet.
Jika anak dan sanak keluarga masih bisa diandalkan untuk menopang
hidup Anda, mungkin, masalah bisa teratasi. Namun, tentu, akan lebih
membahagiakan jika Anda tetap bisa mandiri secara finansial dan tak
memberatkan siapa pun, termasuk anak Anda. Kalau bisa, Anda justru
memberikan kelebihan dari apa yang sudah ditanam selama masih produktif
bekerja bagi anak dan cucu.
Oleh karena itu, memikirkan pendanaan pensiun sangat penting. Para
perencana keuangan pun kompak bilang, semakin cepat Anda mengalokasikan
dana pensiun, besaran cicilan dana pensiun semakin kecil, tapi potensi
dana yang terkumpul semakin besar. âBelum lagi soal compounding return
(akumulasi keuntungan) yang didapat pasti makin besar,â ujar
perencana keuangan dari Fahima Advisory Fauziah Arsiyanti, yang akrab
disapa Zizi.
Jadi, sebaiknya, begitu Anda bekerja dan mendapatkan penghasilan,
saat itu, Anda mulai merencanakan pembentukan dana pensiun. Sebagai
contoh, Anda harus menyisihkan dana Rp 3,63 juta per bulan jika ingin
pensiun di usia 55 tahun. Tapi, jika usia Anda sekarang masih 27 tahun,
Anda cukup menyisihkan Rp 1,3 juta.
Perencana keuangan dari AFC Financial Check Up Budi Triadi Pratama
menyarankan, sebaiknya seseorang juga tak bergantung pada dana pensiun
yang dikelola oleh instansi atau perusahaan tempatnya bekerja.
Alasannya, rata-rata dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) di instansi
pemerintah maupun swasta hanya ditempatkan pada ladang investasi yang
konservatif dengan return yang tidak besar.
Bisa pilih instrumen yang lebih agresif
Padahal,
investasi dana pensiun bisa memakan waktu hingga puluhan tahun.
âReturn kecil atau tetap dari investasi yang dipilih itu, mungkin,
tidak akan menutup inflasi,â tandas Budi. Karena itu, dia menyarankan
agar seseorang mengalokasikan sendiri dana pensiunnya di keranjang
investasi yang bersifat lebih agresif dengan potensi return lebih besar.
Di sisi lain, risiko investasi menjadi hal yang tak perlu dirisaukan
karena rentang investasi yang panjang mampu menjembatani risiko
tersebut.
Perencana keuangan dari MoneynLove Financial Planning &
Consulting Freddy Pieloor berpendapat sama. âDana pensiun dari kantor
dianggap sebagai bonus saja,â tuturnya. Saking pentingnya
mengalokasikan dana pensiun pribadi, sejak dini pun, semestinya, setiap
orang membentuk pola pikir bahwa alokasi dana pensiun adalah kebutuhan
yang sengaja disisihkan dan bukan disisakan dari pendapatan yang
diterima.
Harapannya, dana yang disisihkan tersebut bisa menjadi pos pendapatan
pengganti seperti yang biasa diterima semasa bekerja. Dana ini
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagai dana kesehatan.
Maklum, asuransi kesehatan kadang membatasi usia klaim, yakni rata-rata
hanya sampai usia 55 tahun.
Di luar memenuhi kebutuhan sehari-hari, Budi menambahkan, dana
pensiun bahkan bisa dirancang untuk pendanaan pelesir di hari tua.
âMisalnya, ingin menikmati masa tua dengan keliling Eropa,â katanya.
Nilai yang mesti disisihkan untuk pembentukan dana pensiuan, menurut
para perencana keuangan, sangat relatif. Banyak faktor mempengaruhinya,
seperti gaji saat ini, ekspektasi penghasilan dan gaya hidup saat
pensiun kelak, karakter investasi Anda, serta lama melakukan penyisihan
dana.
Budi memberikan gambaran perhitungan alokasi dananya. Dengan gaji Rp 5
juta saat ini dan berkeinginan menikmati uang dengan nilai yang setara
saat pensiun kelak, Anda harus menyisihkan dana Rp 1,3 juta per bulan
dan diinvestasikan pada instrumen yang bisa menghasilkan return
sekitar 25% per tahun. Sebab, Rp 5 juta saat ini, dengan tingkat
inflasi rata-rata 12% per tahun, bakal setara Rp 119,42 juta pada 28
tahun mendatang.
Freddy berpendapat, agar aman, seseorang bisa menyisihkan uang untuk
dana pensiun dengan persentase minimal dua kali inflasi saat ini. Jadi,
jika inflasi year on year (yoy) Januari kemarin 3,65%, dana
yang Anda harus sisihkan adalah 7,3% dari total pendapatan. Jika
bermaksud mengalokasikan dana pensiun untuk diri sendiri dan pasangan,
besarannya dikalikan dua lagi atau menjadi 14,6%.
Saran Zizi, sebaiknya kantong dana pensiun suami dan istri
dipisahkan. Ini untuk mengantisipasi hal-hal tak baik yang mungkin
terjadi, misalnya perceraian. Nah, berikut beberapa alat investasi yang
bisa dimanfaatkan untuk membentuk dana pensiun Anda.
Reksadana saham
Setidaknya
ada dua keuntungan yang bisa didapat dari investasi reksadana saham,
yakni potensi return dari pergerakan harga saham dan kemudahan
berinvestasi.
Berbeda dengan saham yang memerlukan penanganan lebih jeli, melalui
reksadana, investasi Anda akan diracik oleh manajer investasi (MI).
Potensi return pun cukup besar, bisa sampai 30% per tahun. Tapi, memang
ada risiko nilai investasi bisa turun lantaran fluktuasi harga saham
yang menjadi portofolionya.
Untuk investor berkarakter moderat, reksadana campuran bisa menjadi pilihan. Alasannya, risiko investasinya lebih kecil.
Saham
Selain
menikmati kenaikan harga saham, investor bisa menikmati pembagian laba
bersih perusahaan atau dividen. Namun, butuh analisis cermat agar tak
salah pilih saham. Budi mengatakan, untuk memudahkan pemilihan saham,
Anda bisa memilih saham-saham dengan kinerja fundamental bagus, seperti
saham-saham perusahaan besar atau blue chips.
Namun, imbuh Freddy, harga saham blue chip, biasanya, mahal.
Jadi, dia menyarankan agar membeli saham lapis kedua yang berpotensi
memiliki pertumbuhan bagus untuk jangka panjang.
Mengenai pemilihan sektor nya, para perencana keuangan menyarankan
Anda untuk melakukan diversifikasi. âKarena untuk dana pensiun,
sebaiknya saham disimpan saja dan bukan untuk trading,â kata Freddy.
Obligasi
Surat
utang (obligasi) jangka panjang di atas 15 tahun juga bisa menjadi
pilihan. Sama seperti saham, sebaiknya, Anda menyimpan obligasi untuk
jangka panjang, bahkan hingga jatuh tempo. Dari investasi obligasi, Anda bisa menikmati pembagian kupon atau
bunga dan kenaikan harga. Untuk menekan risiko, para perencana keuangan
lebih menyarankan Anda memilih obligasi pemerintah ketimbang korporasi.
Properti
Properti
bisa menjadi sumber dana pensiun. Namun, menjual properti adalah
pilihan paling akhir. Selain harganya tak murah, menjual properti juga
tak gampang. Jadi, lebih baik menyewakan properti Anda untuk mendapatkan
passive income.
Pemilihan jenis dan lokasi properti menjadi faktor krusial karena akan menentukan tingkat kenaikan harga dan permintaan sewa. Nah, selamat merencanakan masa tua yang sejahtera! (Sumber :
Koran Kontan)